Jumat, 11 Maret 2011

Anak Orang Mampu Juga Bisa Kekurangan Gizi

Jakarta, Selama ini masalah kekurangan gizi identik dengan anak dari keluarga tidak mampu. Tapi ternyata masalah ini juga bisa terjadi pada anak yang orangtuanya mampu secara materi.

Meski pun punya materi yang cukup untuk membeli makanan, kadang orangtua tidak mengerti makanan yang baik untuk anaknya karena kurangnya pengetahuan dalam memilih makanan. Akibatnya, si anak tetap kurus dan kurang gizi meski sudah diberi makan.

"Masalah nutrisi pada anak terjadi akibat adanya perubahan gaya hidup dan juga kurangnya pengetahuan dalam memilih makanan yang tepat," ujar Profesor Quak Seng Hock dari Paediatrics Department National University Hospital, Singapura dalam acara konferensi pers 2nd ESPGHAN Asia Postgraduated Workshop di RSCM, Jakarta, Kamis (3/3/2011).

Prof Quak menuturkan masalah malnutrisi di Asia meliputi gangguan pertumbuhan dan kekurangan gizi. Selain itu malnutrisi ini juga banyak dikaitkan dengan rendahnya tingkat ketersediaan pangan keluarga, rendahnya kualitas makanan tambahan dan juga tingginya masalah yang disebabkan oleh parasit serta infeksi lainnya.

"Asia adalah benua yang sangat heterogen dengan tingkat perbedaan yang cukup tinggi dalam hal kemampuan ekonomi maupun akses terhadap layanan kesehatan," ujar Prof Quak.

Prof Quak menuturkan ada beberapa keprihatinan yang muncul terkait nutrisi anak di kawasan Asia yaitu:
1. Malnutrisi yang biasanya disebabkan oleh kemiskinan dan kurangnya pengetahuan
2. Kekurangan zat mikronutrien seperti zat besi pada anak yang biasanya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
3. Obesitas

"Di satu sisi ada anak yang mengalami malnutrisi tapi di lain pihak juga ada masalah obesitas, hal ini karena adanya perbedaan distribusi dan kurangnya pengetahuan masyarakat," ungkapnya.

Obesitas kini memang menjadi masalah dunia, hal ini juga dipicu oleh perubahan gaya hidup dan kurangnya aktivitas fisik seperti menggunakan bis atau mobil ke sekolah lalu pulangnya lebih banyak menghabiskan waktu di depan televisi atau bermain game di komputer.

Sementara itu Ketua IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Dr Badriul Hegar, SpA(K) menyatakan bahwa kesehatan anak masih menajdi masalah utama di Indonesia.

"Kesehatan anak bukan hanya berarti anak terbebas dari penyakit atau mengenai kondisi fisik, mental dan sosial. Tapi juga dibutuhkan dorongan untuk mencapai potensi terbaik dalam hidupnya," ujar Dr Badriul.

Dr Badriul mengungkapkan dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak untuk mewujudkan kesehatan anak, dan dokter anak harus berperan sebagai pengayom bagi kesehatan anak-anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar